SEMUA BANGSA DAN BABEL(PASSD5T2-2022)

 


(All Nations & Babel)

 Nast: “Itulah sebabnya sampai sekarang nama kota itu disebut Babel, karena di situlah dikacacaubalaukan Tuhan bahasa seluruh bumi dan dari situlah mereka diserakkan Tuhan ke seluruh bumi”.(Kejadian 11:9).

 1.Sebelum Air Bah, kisah alkitabiah ber fokus pada satu individu: yaitu: Nuh. Namun, paska banjir, ketiga putra Nuh menjadi pusat perhatian (bergeser pada ketiga putera Nuh: Sem, Ham dan Yafet.     

   Ham, bapak Kanaan, (Kejadian 10:6,15) adalah awal dari pembahasan alkitabiah tentang Kanaan, “tanah yang dijanjikan,” (Kejadian 12:5) tempat di mana Abraham akan pergi kemudian dan di mana Allah menjanjikan dia masa depan melalui keturunannya. Dari Kanaan, berkat2 meluas kepada semua bangsa, (Kejadian 12:3) artinya kepada semua orang.

2. Fokus jangka panjang untuk Kejadian adalah Allah dan sahabat-Nya, Abram/Abraham, yang mengikuti Allah terlepas dari pengaruh keluarganya. Akhirnya, melalui Abraham akan datang Benih yang dijanjikan, yaitu Juruselamat.

   Namun, topik jangka pendek dari bagian Kejadian ini adalah Nuh dan keluarganya. Apakah rencana Allah bagi Nuh dan keturunannya setelah air bah?

   Mereka seharusnya menyebar ke seluruh bumi dan mengisi kembali dunia/repopulate the world.

 

MINGGU: KUTUKAN HAM (The Curse of Ham)

3. Apakah kita memahami Kejadian 9:18-27 dengan benar?

   18. “Ham adalah bapa Kanaan” --Kanaan, putra Ham, disebutkan di sini dalam kiasan prospektif apa yang berikutnya.

    (Kejadian 10 –silsilah keturunan Nuh. Kej.10:6 -Keturunan Ham: Kush, Misraim,Put dan Kanaan.)

   19.”Yang tiga inilah anak2 Nuh (Sem,Ham,Yafet), dan dari mereka inilah tersebar penduduk seluruh bumi”.(These three sons of Noah were the ancestors of all the people on earth).

 

    DOSA NUH & AKIBATNYA:

   Kejadian 19:20.”Nuh menjadi petani; dialah yang mula-mula membuat kebun anggur.”21.”Setelah ia minum anggur, mabuklah ia dan ia telanjang dalam kemahnya.”

    *>>Kej.9:21 menunjukkan bahwa Nuh minum anggur berlebihan, sehingga ia mabuk. Ini jelas dosa! Apa akibatnya? Perhatikan ay 21    >>Akibatnya ia telanjang di kemah. Ini effek dari anggur, yaitu menghilangkan penguasaan diri. Karena itu Efesus 5:18 mengkontraskan ‘penuh Roh Kudus’ (pasti ada penguasaan diri) dan ‘mabuk oleh anggur’ (kehilangan penguasaan diri).

   Karena effek anggur inilah maka kita harus hati-hati dengan minuman keras, karena ini bisa menyebabkan kita melakukan hal-hal yang nanti akan kita sesali.

   Nuh terhubung kembali (reconnect) kepada akar Adamnya, dan sayangnya melanjutkan sejarah yang telah gagal itu.

   Fermentasi buah bukan bagian dari ciptaan Allah.

   Nuh telah menuruti keinginannya, kemudian kehilangan kendali diri (lost self control) dan menelanjangi dirinya sendiri.

 

   Tindakan Nuh di kebun anggurnya(setelah meminum anggur) mengingatkan kita kepada Adam & Hawa di Taman Eden.

   Dalam kedua kasus ada yang memakan buah/sari buahnya yang mengakibatkan ketelanjangan, di ikuti penutup tubuh--

   (a covering)/sehelai kain dan membentangkannya pada bahu mereka berdua(Sem & Jafet) , kemudian ada kutukan dan ada berkat.

4. Apa yang Ham lihat? Dan apa yang dia lakukan?

   Paralel ini menunjukkan bahwa Ham tidak hanya “melihat” secara sembunyi-sembunyi, secara tidak sengaja, ketelanjangan ayahnya. Dia berkeliling dan membicarakannya, bahkan tanpa berusaha untuk mengurus/menyelesaikan masalah ayahnya.  

   Sebaliknya, reaksi langsung saudara-saudaranya untuk menutupi ayah mereka, sementara Ham membiarkannya telanjang, secara implisit/tersirat mengecam tindakan Ham tersebut.

   Masalah yang dipertaruhkan di sini lebih tentang rasa hormat dari orang tua. Kegagalan untuk menghormati orang tua Anda, yang mewakili masa lalu Anda, akan mempengaruhi masa depan Anda (Kel. 20:12; bandingkan dengan Ef. 6:2).

   Oleh karena itu,  kutukan itu,  akan mempengaruhi masa depan Ham dan putranya Kanaan.

   Kel.20:12; Eph.6:2 –Respect your father and your mother….

5. Apakah tindakan Ham menunjukkan bahwa dia telah kehilangan rasa hormat terhadap ayah dan ibunya?

   Kutukan atas Ham (Kejadian 9:25) akhirnya menjadi sebuah pekabaran pengharapan. 

   Kejadian 9:25 (“Terkutuklah Kanaan, hendaklah ia menjadi hamba yang paling hina bagi saudara-saudaranya)à sering kali disalahgunakan secara fatal bagi orang kulit hitam (orang2 Afrika dan keturunannya), dan bahkan telah digunakan sebagai pembenaran agama dalam perbudakan (slavery).

   Nubuatan ini  sangat terbatas untuk Kanaan, putera Ham.

   (Praktek korup orang Kanaan (Kej.19:5-7,31-35 àKeturunan Lot.)

   Namun, interpretasi fanatik ini tidak berlaku karena 2(dua) alasan :

1). Kutukan itu tidak menyangkut Ham, tetapi puteranya Kanaan.

    Kutukan ini juga tidak berkaitan dengan Kush, putera sulung Ham—dengan demikian peniadaan penyebutan untuk orang kulit hitam/orang Afrika pada khususnya.  Pada dasarnya silsilah2 Alkitab (tabel bangsa2 dalam Kejadian 10) lebih banyak tentang etnografi—yaitu distribusi geografis golongan2 manusia daripada mengenai etnis, yang berhubungan  denga nasal-usul ras dan bahasa manusia.

2) Alasan ke dua: Bahwa Kejadian 9:25 tidak berlaku untuk kulit hitam karena referensi untuk Kanaan merupakan referensi yang merujuk pada warisan Tanah Perjanjian, dengan semua yang dilambangkan oleh tanah ini yaitu tentang janji keselamatan bagi dunia.  “Terkutuklah Kanaan, hendaklah ia menjadi hamba yang paling hina bagi saudara-saudaranya”==merujuk kepada Yesus sebagai Hamba yang paling hina yang datang untuk menyelamatkan dunia (Yoh.13:5).

   Bahwa bukan Sem atau Yafet yang diberkati, tetapi hanya Allah yang dipuji (Kej.9:26).

   Sebagai tambahan, kutukan tersebut berisi sebuah janji berkat, dikaitkan dengan nama Kanaan =kata kerja kana= menaklukkan.

   Adalah melalui penaklukan Kanaan, umat Allah keturunan Sem, akan memasuki Tanah Perjanjian dan mempersiapkan jalan untuk kedatangan Mesias, yang akan memperbesar Yafet “di kemah2 Sem”.(Kej.9:27). Ini adalah kiasan nubuatan untuk perluasan perjanjian Allah ke semua bangsa, yang akan mencakup pekabaran Israel tenang keselamatan kepada dunia (Dan.9:27; Yes.66:18-20; Rm.11:23).

   Kutukan Ham pada kenyataannya akan menjadi sebuah berkat bagi semua bangsa, termasuk keturunan Ham dan Kanaan mana saja yang menerima keselamatan yang ditawarkan oleh Tuhan kepada mereka.

   Pertanyaan:  Nuh, pahlawan air bah, mabuk? Betapa cacatnya kita semua. Kita membutuhkan rahmat Tuhan setiap saat dalam kehidupan kita.

 

TAMBAHAN:

Sikap anak-anak Nuh.

 Sikap Ham (Kej.9: 22).

   “Maka Ham, bapa Kanaan itu, melihat aurat ayahnya, lalu diceritakannya kepada kedua saudaranya di luar”.

   “Bahwa Ham disebut lagi sebagai bapak Kanaan tampaknya menyiratkan bahwa baik ayah maupun anak laki-lakinya memiliki kecenderungan tidak suci yang sama yang mengungkapkan diri mereka sendiri, tidak hanya dalam insiden yang dijelaskan di sini, tetapi kemudian dalam praktik keagamaan seluruh bangsa.

   Lebih jauh lagi, ini menunjukkan bahwa peristiwa itu terjadi beberapa saat setelah Air Bah, ketika Kanaan, putra keempat Ham (Kej.10:6), sudah lahir.

   Dosa Ham bukanlah pelanggaran yang tidak disengaja. Dia mungkin telah melihat kondisi ayahnya yang memalukan secara tidak sengaja, tetapi alih-alih dipenuhi dengan kesedihan atas kebodohan ayahnya, dia bersukacita atas apa yang dia lihat dan dengan gembira memberitahukannya (menggossipnya)”.

   Kutukan yang diucapkan atas Kanaan, putra keempat Ham, dan bukan pada pelaku kejahatan itu sendiri, telah diambil oleh banyak komentator sebagai bukti bahwa Kanaan benar-benar pelakunya bukan Ham, dan bahwa dia yang dimaksud dalam ay.24 sebagai anggota termuda dari keluarga Nuh.

   Bapa gereja Origen –menyebutkan tradisi bahwa Kanaan pertama kali melihat rasa malu kakeknya, dan menceritakannya kepada ayahnya. Bukan tidak mungkin Kanaan ikut serta dalam perbuatan jahat ayahnya.

   Kutukan Nuh tampaknya tidak diucapkan dalam kebencian, melainkan sebagai nubuat. Nubuat itu tidak menetapkan Kanaan secara khusus atau anak-anak Ham secara umum dalam ikatan takdir besi. Itu hanyalah sebuah prediksi dari apa yang telah diramalkan dan diumumkan oleh Tuhan melalui Nuh. Agaknya Kanaan sudah berjalan dalam dosa-dosa ayahnya, dan dosa-dosa itu menjadi ciri yang begitu kuat dalam karakter nasional keturunan Kanaan sehingga Allah kemudian memerintahkan penghancuran mereka.”  SDA BC, vol.1 p.267.

 

--‘melihat’ dalam arti ‘memandangi’.

   Bandingkan dengan Hawa yang melihat buah terlarang dalam Kej 3:6, dan Daud yang melihat Batsyeba dalam 2 Sam 11:2.

---ia tidak sedih melihat keadaan Nuh, tetapi ia bahkan menikmati hal itu.

---ia tidak hormat pada orang tuanya.

  

   >>Masalah disini tentang rasa hormat kepada orang tua.

    -Kegagalan untuk menghormati orang-tua Anda, akan memengaruhi masa depan anda (Kel.20:12 >< Ef.6:2).

 

---ia menceritakan hal ini kepada saudara-saudaranya. Ini orang yang senang menyebar gosip! Padahal sebetulnya kasih “menutupi segala sesuatu” (1Kor 13:7).

2)   Sikap Sem dan Yafet (ay 23).

----mereka menggunakan telinga, pikiran dan mulut mereka dengan baik pada waktu mereka mendengar berita dari Ham tentang Nuh.

---mereka tidak ikut-ikutan dengan dosa Ham (Bdk. Roma 12:2).

---mereka hormat luar biasa kepada orang tua mereka.

---mereka tak menasehati Ham, tetapi memberi teladan.

 

SENIN: SILSILAH KEJADIAN (The Genesis Geneology).

6. Kita mengatakan bahwa Yesus adalah seorang Yahudi, dan kedua silsilah-Nya (and both of His genealogies) yang dicatat dalam Matius 1 dan Lukas 3:23 menunjukkan hal itu. Tapi, bukankah garis keturunan itu turun dari bapa kepada anak? Jika demikian, apakah Yesus seorang Yahudi? Siapa bapanya.?

7. Mengapa orang Ibrani menganggap silsilah begitu penting?

   Silsilah Alkitabiah memiliki 3 fungsi:

i.            Menekankan sifat historis dari peristiwa2 alkitabiah, yang terkait dengan orang2 yang nyata yang hidup dan mati serta yang hari2nya dihitung dengan tepat.

ii.           Menunjukkan kontinuitas penulis dari zaman kuno hingga kontemporer, membangun hubungan yang jelas dengan masa lalu hingga “masa kini”.

iii.         Mengingatkan kita pada kerapuhan manusia dan efek tragis dari kutukan dosa dan akibatnya yang mematikan pada semua generasi setelahnya.

   Catat, bahwa klasifikasi keturunan “Ham”, “Sem” dan “Yafet”—tidak mengikuti kriteria yang jelas. Ke 70 bangsa itu (keturunan Nuh—ada 70).---menggambarkan 70 anggota keluarga Yakub (Kej.46:27—keluarga yang tiba di Mesir, seluruhnya berjumlah 70 jiwa) dan 70 tua-tua Israel di padang gurun (Kel.24:9).

   Sejalan dengan itu, Yesus mengutus 70 murid untuk menginjili bangsa-bangsa.(Luk.10:1).  Informasi ini memperlihatkan kepada kita ialah: hubungan langsung diantara Adam dan para bapa/leluhur, mereka semua adalah tokoh2 sejarah, orang2 yang nyata (real) dari Adam, dst… Ini juga menolong kita memahami bahwa para bapa memiliki akses langsung kepada saksi yang memiliki ingatan pribadi tentang peristiwa2 kuno ini.

   8. Silsilah memberitahu kita bahwa Adam meninggal ketika Lamekh, ayah Nuh, berusia 56 tahun.

   Kita harus jujur tentang angka dan usia itu. Ada banyak ketidaksepakatan tentang angka-angka itu. Beberapa terjemahan kuno memiliki usia yang berbeda untuk penduduk mula2 bumi ini. Apakah mereka memahami kebenaran tentang usia itu lebih baik daripada kita? Sistem bilangan/number mereka didasarkan pada 6 bukannya 10.

   Cara penulisan nomor/bilangan2 mereka juga sangat berbeda. Kita tidak dapat yakin bahwa kita memahami semua itu dengan benar.   

   Lamekh mungkin mengenal Adam dan pasti mendengar cerita tentang Taman Eden, dll.

   Tidakkah menurut Anda dia akan menceritakannya/itu kepada Nuh?

9. Kejadian 10 memberikan daftar panjang keturunan Yafet, Ham, dan Sem. Perhatikan di ayat 21 dikatakan bahwa “Sem, kakak laki-laki Yafet, adalah nenek moyang semua orang Ibrani.” (GNB*)

   Dengan menggabungkan semua informasi ini, kita melihat bahwa Sem adalah yang tertua, kemudian Yafet, dan kemudian Ham.

10. Seperti disebutkan di atas, Yesus memiliki dua silsilah yang dicatat bagi-Nya, satu dalam Matius 1 dan yang lainnya dalam Lukas 3. Menurut Anda mengapa ada perbedaan besar antara daftar nama dalam Matius 1 dan daftar dalam Lukas 3?  

   Sebenarnya ada sangat sedikit korespondensi antara keduanya, kecuali di tahun-tahun awal.

The Genealogy of Jesus

Matthew 1:1-17 vs. Luke 3:23-38

1). There is no way to know for sure why these two lists are different because the authors did not tell us. There are several possible explanations; so, let us consider some of them.

(Further details are available in SDA Bible Commentary vol. 6, p. 276-81; 720-723.)

2). Matthew was speaking primarily to Jews and traced the ancestry to Abraham. His audience understood the importance and typical uses of Jewish ancestry lists. Luke was speaking to a much wider Gentile audience and, thus, traced the ancestry all the way back to Adam and to God. Therefore, Luke included every human in “the family.”

3). Both Matthew and Luke recognized that Jesus was not genetically related to Joseph. (See Matthew 1:16; Luke 3:23.)  But, they also recognized that, officially, Jesus was recorded in

the temple as the son of Joseph. (Matthew 13:55-56; Luke 2:21-24; DA 52) Mary was also “of the house of David,” (Genesis 22:18; Galatians 3:16; Isaiah 9:6-7; Acts 2:29-30; 13:23; Romans 1:3; 2 Timothy 2:8; DA 44) making Jesus “legally” and “biologically” a “son of David.” If this had not been so, Jesus would have been discredited immediately. (See Ezra 2:62; Nehemiah 7:64.)

4). The two lists differ mainly in the following ways:

a. Luke listed 41 ancestors from David to Christ; Matthew listed 26.

b. The lists are different except for Salathiel (Shealtiel), Zerubbabel, and Joseph the husband of Mary.

c. Matthew stated that Salathiel was the son of “Jeconiah”; Luke said he was the son of “Neri.”

d. Matthew identified Joseph as the son of “Jacob”; Luke said he was the son of “Heli” (Greek for “Eli”).

e. Nothing at all is known about 60 of the 64 people listed in both lists between David and Christ.

f. Very little is known even about the other 4 people who are on both lists (Jeconiah, Shealtiel, Zerubbabel, and Joseph [Mary’s husband]). Jeconiah and Shealtiel are known only in genealogy lists; Zerubbabel was the leader of the exiles who returned from

Babylonian captivity to Jerusalem.

5). If David died in 971 B.C. (See SDA Bible Commentary vol. 2, p. 77,143.) and if Jesus was born in 5 B.C., (See SDA Bible Commentary, vol. 5, p. 242.) then there is a period of 966 years involved. If there were 41 generations (Luke’s count), they would have an average generational age of 23-24 years. This seems more likely than the 37 years suggested by Matthew’s 26 generations. Furthermore, it is possible to show from Old Testament lists that

Matthew left out at least 4 known ancestors: 1) Ahaziah, 2) Joash, 3) Amaziah, and 4) Jehoiakim. The first three (Ahaziah, Joash, and Amaziah) were of the royal line but were wicked descendants (2 Chronicles 22:3-4; 24:17-18; 25:14-16) of Ahab and Jezebel (2

Chronicles 22-25) through Athaliah who introduced Baal worship to Jerusalem. (2 Kings The Genealogy of Jesus - page 1 of 2

11:18) Jehoiakim (2 Kings 24:6) (also know as Jechonias [Matthew 1:11], Jeconiah [1 Chronicles 3:16], and Coniah [Jeremiah 22:24]) was left out between Josiah and Jehoiachin. It is quite possible that the name of Jehoiakim in Matthew 1:11 may have been

left out by a copyist because it was so much like the name of his son (Jehoiachin) who proceeded him in the list.

6). Abbreviated genealogy lists are given elsewhere in the Bible for famous individuals such as Ezra. (Ezra 7:1,5) Abbreviated genealogies were also given by virtual contemporariesmof Jesus–the Jewish philosopher Philo and the Jewish historian Josephus–which they apparently considered to be adequate to prove their lineage! Thus, it is quite likely that several (up to 10 or more) of the lesser known ancestors of Jesus who lived between the times of the Old Testament and the New Testament were left out by Matthew simply because he did not think it was necessary to give an exhaustive and detailed list.

7). Intermarriage within the royal line could fairly easily account for two or more lines being traceable through all those centuries.

8). Among Hebrews the terms father, son, brother, sister, mother, and daughter were used more broadly than in English. (See Genesis 29:12; Numbers 10:29; Deuteronomy 15:2; 1 Chronicles 2:7.) Thus, son could be a person of natural descent (immediate or more remote), a person “adopted” or linked by “levirate marriage,” (Deuteronomy 25:5-9) or in some cases simply by association or character. (2 Timothy 1:2)

9). There are two major possible explanations for the differences we see in these lists. Matthew may have been giving the ancestors of Joseph while Luke the physician was giving the more biologically correct lineage through Mary. It is possible that if Mary was the only child of her parents, then Joseph would be considered their legal heir. (Compare Numbers 27:1-11; 36:1-13; Joshua 17:3-6.) Or, Joseph could have been adopted (assuming he was the biological son of “Jacob”) by “Heli,” thus, giving Jesus two “legal” ancestral lines.

10. It is quite possible that Heli which would be Eli in Hebrew or Aramaic was Mary’s real father who may have “adopted” Joseph as a “step-son” to give him the right to inherit his property if Mary was his only daughter.

 

SELASA: SATU BAHASA (One Language).

  11. Kita sampai sekarang pada kisah menara Babel.

   Kejadian 11:1-4: 1.Adapun seluruh bumi, satu bahasanya dan satu logatnya. 4. Mereka telah berkata: “Marilah kita dirikan bagi kita sebuah kota dengan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit, dan marilah kita cari nama, supaya kita jangan terserak ke seluruh bumi.”

12. Ketika mereka keluar dari bahtera, Allah telah memerintahkan mereka untuk memiliki banyak anak dan menyebar ke seluruh dunia.

   Kejadian 9:1 “Lalu Allah memberkati Nuh dan anak2nya serta berfirman kepada mereka :”Beranakcuculah dan bertambah banyaklah serta penuhilah bumi.”

13. Apa yang Allah harus lakukan ketika sekali lagi, bahkan setelah "tindakan darurat" banjir, orang-orang tidak mengikuti petunjuk-Nya?

    Kejadian 11:5-9: 5.”Lalu turunlah Tuhan untuk melihat kota dan Menara yang didirikan oleh anak-anak manusia itu, 6.dan ia berfirman: “Mereka itu satu bangsa dengan satu bahasa untuk semuanya. Ini barulah permulaan usaha mereka; mulai dari sekarang apa pun juga yang mereka rencanakan, tidak ada yang tidak akan dapat terlaksana.

   7.Baiklah Kita turun dan mengacaubalaukan di sana bahasa mereka,….8.Demikianlah mereka diserakkan Tuhan dari situ keseluruh bumi, dan mereka berhenti mendirikan kota itu.

14. Tentu saja mungkin ada relative sedikit orang yang hidup di bumi pada waktu itu. Melihat dengan cermat ayat-ayat yang baru saja kita baca dan membandingkannya dengan catatan penciptaan dalam Kejadian 1, kita menemukan bahwa para pembangun/pembuat menara ini menggunakan bahasa yang menggambarkan Allah dalam penciptaan.

   Mereka berkata, "Mari kita membuat nama untuk diri kita sendiri." (They said, “Let us make a name for ourselves.”)—Kej.11:4.

   Ingatlah bahwa Allah telah berfirman pada saat penciptaan, “Marilah kita menjadikan manusia menurut gambar kita.”  

   Ungkapan Ibrani itu digunakan di tempat lain dalam Alkitab hanya untuk Allah. (Lihat Yesaya 63:12,14.)

15. Apakah kita mengetahui makhluk lain yang ingin membuat sebuah nama untuk dirinya sendiri dan bahkan mencoba untuk menggantikan Allah? Tidak lain adalah Setan sendiri!

   Lihat Yesaya 14:14. Orang-orang yang membangun menara Babel mengikuti jejak Lucifer/Setan.

16. Menarik untuk dicatat bahwa mereka mencoba membangun menara itu di Lembah Shinar. Di sanalah Nebukadnezar kemudian membangun patungnya.

   Nebukadnezar mencoba memaksa seluruh dunia untuk menyembah patung emasnya.   

   Daniel 2:43; Daniel 11:43-45; dan Wahyu 16:14-16 beritahu kami bahwa di akhir zaman, "Babel" juga akan mencoba melakukan hal yang sama.

   Seorang penulis Prancis sekuler terkenal pada abad yang lalu berkata bahwa tujuan besar  umat manusia adalah mencoba “menjadi Allah”. (to try “to be God”).

   Bagaimanakah dengan kita, dimulai dengan Hawa di Eden (Kej.3:5) yang terseret ke dalam kebohongan berbahaya ini? (dangerous lie)àUlar: “Sekali-kali kamu tidak akan mati, 5.tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat.”

 

RABU: “BAIKLAH KITA TURUN”- (Let Us Go Down)àKeterlibatan Tuhan dengan umat manusia.

17. Manusia telah mencoba dengan banyak cara untuk menjangkau dan entah bagaimana mendekati Allah.

   Tetapi, kenyataannya adalah bahwa Allah harus turun untuk membantu/menolong kita. Ingat tangga Yakub (Jacob’s ladder).

   Turunnya Tuhan mengingatkan kita juga pada prinsip kebenaran oleh iman dan proses kasih karunia/anugerah Tuhan.   

   Pekerjaan apa pun yang mungkin kita lakukan untuk Tuhan, Dia harus turun untuk bertemu dengan kita. Bukan apa yang kita lakukan untuk Tuhan yang akan membawa kita kepada-Nya dan kepada penebusan.

   Sebaliknya, Langkah/tindakan Tuhan menuju kitalah yang akan menyelamatkan kita.

   Faktanya, dua kali ayat/teks dalam kitab Kejadian berbicara dua kali tentang Tuhan yang “turun”, yang tampaknya menyiratkan betapa Dia sangat peduli dengan apa yang telah terjadi di sana.

   Menurut ayat tersebut, Tuhan ingin mengakhiri persatuan yang terdalam dalam mereka, yang mengingat keadaan mereka yang jatuh─ hanya dapat menyebabkan semakin banyak kejahatan.

   Itulah sebabnya Dia memilih untuk mengacaukan bahasa mereka, yang akan mengakhiri skema persatuan mereka.

   “Rencana pembangun2 Babel berakhir dengan kekalahan dan rasa malu. Tugu peringatan akan kebanggaan mereka berubah menjadi peringatan akan kebodohan mereka. Namun demikian manusia tetap mengikuti jalan yang sama, bergantung kepada diri dan menolak hukum Allah. Ini adalah yang telah dicoba dijalankan Setan di dalam surga, sama dengan apa yang mendorong Kain dalam mempersembahkan korbannnya.”

   E.G. White, Alfa dan Omega,jld.1,hlm.134.

 

KAMIS: PENEBUSAN ORANG YANG TERASING (The Redemption of the Exile).

àMengapa Penyebaran Tuhan itu bersifat Penebusan.

   18. Mengapa Allah ingin menyebarkan/scatter manusia ke seluruh bumi? Dia memberikan instruksi itu sebelum atau sebelum akhir air bah.

   Baca lagi: Kejadian 11:8-9: 8.”Demikianlah mereka diserakkan Tuhan darisitu ke seluruh bumi, dan mereka berhenti mendirikan kota itu.”9.Itulah sebabnya sampai sekarang nama kota itu disebut Babel, karena di situlah dikacaubalaukan Tuhan bahasa seluruh bumi dan dari situlah meereka diserakkan Tuhan ke seluruh bumi.” (Ayat hafalan).

  Rancangan dan berkat Allah bagi manusia adalah bahwa mereka akan “Beranakcuculah dan bertambah banyaklah serta penuhilah bumi” (Kej.9:1 >< Kej.1:28).

   Melawan rencana Tuhan, para pembangun Babel lebih suka tetap bersatu sebagai orang yang sama (same people). Salah satu alasan mereka mengatakan ingin membangun kota itu adalah agar mereka tidak “terserak ke seluruh bumi”.(Kej.11:4).

   Mereka menolak untuk pindah ke tempat lain, mungkin mereka berpikir bahwa bersama-sama, mereka akan lebih kuat (more powerful) daripada jika terpisah dan terpencar. Dan, di satu sisi, mereka benar.

   Sayangnya, mereka berusaha menggunakan kekuatan bersatu mereka untuk kejahatan, bukan kebaikan.  Mereka ingin “mencari nama” cerminan kuat dari kesombongan mereka sendiri.

   Memang, setiap kali manusia, secara terbuka melawan Tuhan, mereka ingin “mencari nama” untuk diri mereka sendiri, kitab isa yakin itu tidak akan berjalan dengan baik. Tidak pernah terjadi.

  

   Yang cukup menarik –nama Babel, artinya: “pintu Tuhan” (door of God), sehubungan dengan kata kata kerjanya: balal =confuse(mengacaubalaukan –Kej.11:9). Itu karena mereka ingin mencapai “pintu Tuhan”, karena mereka menganggap diri mereka sebagai Tuhan, sehingga mereka akhirnya bingung dan menjadi jauh lebih lemah dari sebelumnya.

   “Orang2 Babel telah bertekad untuk mendirikan satu pemerintahan yang terlepas dari Allah. Namun demikian ada beberapa di antara mereka yang takut akan Tuhan tetapi telah tertipu oleh sifat pura2 dari orang2 jahat, dan tertarik kepada muslihat mereka.  Demi untuk orang2 yang setiawan ini, Tuhan telah menunda pehukuman-Nya dan memberikan kepada mereka kesempatan untuk menyatakan tabiat mereka yang sebenarnya.

   Apabila rencana2 mereka sedang berkembang, anak2 Allah berusaha untuk mencegah mereka dari maksud mereka itu; tetapi orang banyak itu telah bersatu padu untuk menentang surga.

   Kalau saja mereka itu harus dibiarkan, mereka akan merusakkan akhlak dunia ini pada masa permulaannya.

   Permufakatan mereka itu didasarkan atas pemberontakan; satu kerajaan didirikan untuk kemegahan diri (for self exaltation), di mana Allah tidak dihormati dan tidak diakui kekuasaan-Nya.”

   Ellen G. White, Alfa dan Omega,jld.1, hlm.133.

19. Seberapa sering kita mencoba membuat nama untuk diri kita sendiri? Dan mengapa kita tampaknya ingin melakukan itu?

 

JUMAT:

   [Dari tulisan Ellen White=EGW:] “Mereka memutuskan untuk membangun sebuah kota, dan di dalamnya ada sebuah menara yang sangat tinggi…. Usaha-usaha ini dirancang/dimaksudkan untuk mencegah orang-orang berserak/menyebar ke luar negeri dalam koloni-koloni/kelompok2.

   Allah telah mengarahkan manusia untuk menyebar/disperse ke seluruh bumi, untuk mengisi/memenuhinya dan menaklukkannya; tetapi para pembangun Babel ini bertekad untuk menjaga komunitas mereka tetap bersatu dalam satu tubuh, dan untuk mendirikan sebuah monarki/kerajaan yang pada akhirnya harus merangkul seluruh bumi. Dengan demikian kota mereka akan menjadi kota metropolitan dari sebuah imperium/kerajaan universal; kemuliaannya akan memerintahkan kekaguman dan penghormatan dunia dan membuat para pendiri termasyhur.   

   Menara megah, yang mencapai langit, dimaksudkan untuk berdiri sebagai sebuah monumen kekuatan dan kebijaksanaan pembangunnya, mengabadikan ketenaran mereka ke generasi terbaru (to the latest generation).

   Penghuni/penduduk dataran Shinear tidak percaya akan perjanjian Allah bahwa Dia tidak akan lagi membawa air bah ke atas bumi. [Mereka tidak percaya Allah.]

   Banyak dari mereka telah menyangkal/menolak keberadaan Allah dan menghubungkan bahwa Banjir itu penyebabnya karena merupakan peristiwa alam saja.

   Yang lain percaya pada Makhluk Tertinggi, dan bahwa Dialah yang telah menghancurkan dunia kuno; dan hati mereka, seperti hati Kain, bangkit memberontak melawan Dia.

   Satu tujuan mereka kedepan dalam pendirian Menara itu adalah untuk mengamankan keselamatan mereka sendiri jika terjadi banjir lagi.

   Dengan membawa bangunan itu ke ketinggian yang jauh lebih tinggi daripada yang dicapai oleh air Banjir, mereka berpikir untuk menempatkan diri mereka di luar semua kemungkinan bahaya. Dan ketika mereka dapat naik ke wilayah awan, mereka berharap untuk memastikan penyebab Air Bah.

   Seluruh upaya ini dirancang untuk lebih meninggikan kesombongan dan untuk memalingkan pikiran generasi mendatang dari Allah dan membawa mereka ke dalam penyembahan berhala.

   —Ellen G. White, Patriarchs and Prophets* 118.5-119.1.[Apa yang akan terjadi pada bata kering jika banjir datang lagi? Apakah Ellen White melihat semua ini dalam penglihatan?]

20. Sebagai sebuah gereja, apakah kita pernah mencoba membuat sebuah nama untuk “diri kita sendiri”?

   Tuhan segala bangsa, Pencipta dunia, dan Tuhan Israel adalah Allah yang sama. Pandangan (observasi/pengamatan) ini memiliki implikasi teologis yang penting:

1.  Itu berarti bahwa Allah mempengaruhi sejarah bahkan diluar ranah agama. Allah juga hadir di antara bangsa2.

2.  Itu berarti bahwa keselamatan bangsa2 juga tergantung pada kesaksian Israel. Berkat bagi bangsa2 akan diwujudkan hanya melalui Israel (Kej.12:3), karena hanya Allah Israel yang adalah Allah yang benar (Yoh.4:22,23).

   Pelajaran dari Alkitab Ibrani, sejarah Israel, dan peristiwa2 yang terjadi pada orang2 Yahudi dan tercatat dalam Perjanjian Baru yang memiliki makna penebusan bagi bangsa-bangsa.

   Kejadian 12:3 “Aku akan memberkati orang2 yang memberkati engkau, dan mengutuk orang2 yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.”

  (Yohanes 4:22-23--22…,sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi.23.Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa peyembah2 yang benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran;…)

21. Ada dua kutukan yang disebutkan segera setelah berakhirnya air bah:

   (1) Kutukan atas keturunan Ham, Kanaan, (Kejadian 9:21-22); dan  (2) Kutukan yang mengikuti pembangunan menara Babel. (Kejadian 11:9)à Lihat ayat hafalan.

22. Sebelum anak-anak Israel memasuki tanah Kanaan, tanah Kanaan penuh dengan perilaku amoral dan agama penyembahan dewa kesuburan. Misalnya, lihat Kejadian 19:5-7,31-35, yang menceritakan kisah Lot dan para malaikat yang berkunjung di Sodom dan sesudahnya.(kedua putri Lot tidur dengan ayah mereka).

   Sebagai tambahan/selain itu, kutukan berisi janji berkat, dikaitkan atas nama "Kanaan," yang berasal dari kata kerja kana', yang berarti "menaklukkan."

   Melalui penaklukan Kanaan, umat Allah, keturunan Sem, akan memasuki Tanah Perjanjian dan mempersiapkan jalan bagi kedatangan Mesias, yang akan membesarkan Yafet “di kemah-kemah Sem” (Kej. 9:27) .

   Ini adalah kiasan nubuatan untuk perluasan perjanjian Allah untuk semua bangsa-bangsa, yang akan menerima pekabaran keselamatan Israel kepada dunia (Dan. 9:27, Yes. 66:18–20, Rom. 11:25).

   Kutukan Ham, pada kenyataannya, akan menjadi berkat bagi semua bangsa, termasuk keturunan Ham dan Kanaan mana saja yang menerima keselamatan yang ditawarkan Allah kepada mereka.

23. Pikirkan tantangan2 yang Allah hadapi dalam menghadapi orang-orang ini. Segera setelah banjir, kutukan2 berlipat ganda.      

   Untungnya, Allah terkadang bisa mengubah kutukan menjadi hal yang baik (good things).

   Bertahun-tahun kemudian, Paulus menyadari bahwa bahkan dalam situasi2 yang buruk, Allah dapat bekerja untuk kebaikan.

   Roma 8:28: “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.

24. Kutukan atas orang-orang/people di tanah Kanaan berarti bahwa, suatu hari, itu akan menjadi rumah umat Allah yang setia. Dari lokasi itu Injil telah menyebar ke seluruh dunia.

25. Tetapi, tentu saja, kita tahu bahwa segala sesuatunya tidak selalu berjalan baik bagi anak-anak Israel. Paulus, menyadari hal itu, dan telah berkata: Roma 11:25 “…Sebagian dari Israel telah menjadi tegar sampai jumlah yang penuh dari bangsa2 lain telah masuk.”

26. Tanah Kanaan akhirnya menjadi rumah keturunan Abraham dan rumah masa depan Yesus, Pencipta keselamatan kita.  

   Berseraknya orang setelah pembangunan menara Babel disediakan untuk populasi bangsa2/negara-negara di seluruh dunia.

27. Kisah menara Babel adalah salah satu dari banyak kisah dalam Alkitab yang menyatakan bahwa Allah dapat menarik perhatian manusia untuk sementara waktu dengan unjuk kekuatan/force atau kuasa; Namun, hasilnya tidak pernah bertahan lama.

   Penduduk pertama Babel membangun menara Babel bukan karena mereka tidak yakin pada Allah, tetapi karena mereka tidak percaya pada-Dia! (not because they did not believe in God, but because they did not trust Him!

   Mereka mencoba melarikan diri dari kuasa-Nya!

   Seringkali, di zaman yang lebih modern, beberapa orang telah menyarankan bahwa jika Allah hanya turun tangan dan menggunakan kuasa-Nya untuk mengambil alih segala sesuatu, orang akan lebih menghormati-Nya.

   Kisah menara Babel seharusnya mengajarkan kepada kita bahwa penggunaan kekuatan/force tidak pernah mencapai apa yang paling Allah inginkan; penggunaan kekuatan tidak pernah membawa kebebasan, cinta, dan kepercayaan.

  28. Apa yang harus kita pelajari dari kisah Babel?

   Apa yang orang Babel coba capai untuk diri mereka sendiri? Apakah mereka mencoba membuat nama untuk diri mereka sendiri?

Apakah mereka mencoba membentuk pemimpin dan organisasi yang bertentangan dengan Allah? Apakah mereka mencoba melindungi diri dari banjir lain? Apakah mereka percaya pernyataan Allah bahwa Dia tidak akan mengirimkan banjir lagi ke seluruh dunia? Atau, apakah mereka terutama mencoba untuk mencapai awan/to reach the clouds untuk menentukan dari mana semua air itu berasal?

29. Berulang kali, sepanjang sejarah, manusia telah mencoba untuk bergabung bersama untuk membentuk apa yang pada dasarnya akan menjadi masyarakat totaliter, tanpa meninggalkan ruang untuk perbedaan pendapat atau ketidaksepakatan (leaving no room for differences of opinion or disagreements).

   Apakah Anda mengenal seseorang dalam sejarah modern yang telah mencoba melakukan sesuatu seperti yang mereka coba lakukan di menara Babel? Mengapa orang-orang yang memulai dengan ide-ide besar, berusaha menjadi suci, bersatu, dan profesor kebenaran sering menjadi tidak toleran dan sombong?  

   Yesus mengilhami kita untuk hidup seperti Dia dan menghindari kesalahan itu. 

                                            ==o==

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

IBADAH MEMASUKI RUMAH BARU

LYRIC LAGU (2)

WAKTU TUHAN PASTI YANG TERBAIK.