SEPULUH KUNCI PERNIKAHAN BAHAGIA.
Disajikan oleh: Pdt. H.M. Siagian.
Pernikahan merupakan wujud menyatunya dua sejoli ke
dalam satu tujuan yang sama.
Dan salah satu tujuan pernikahan adalah
mencapai kebahagiaan yang langgeng bersama pasangan hidup.
Namun,
jalan menuju kebahagiaan tak selamanya mulus.
Banyak hambatan, tantangan, dan
persoalan yang terkadang menggagalkan jalannya rumah-tangga. Nah, bagaimana
kita mengantisipasi supaya mahligai rumah-tangga kita tidak goyah?
Inilah 10
kunci menuju perkawinan yang bahagia.
1.Cinta
Cinta
merupakan energi yang dahsyat untuk mengembangkan dan menyempurnakan
kepribadian dari suami isteri. Cinta akan membantu membuang semua rintangan
yang muncul di tengah perjalanan rumah tangga.
Pernikahan
yang dibangun tanpa landasan cinta sebetulnya adalah omong-kosong belaka. Meski
bukan satu-satunya syarat, cinta sangat berperan dalam membangun pernikahan
yang langgeng. Maka, cinta dalam perkawinan adalah sesuatu yang mutlak dan
harus.
Epesus 5:22 “Hai isteri, tunduklah
kepada suamimu seperti kepada Tuhan,…”
Epesus 5:25 “Hai suami, kasihilah
isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat….”
2.Seiman
Cinta
saja tentu belum cukup untuk menciptakan pernikahahan yang bahagia. Prinsip
memilih suami yang seiman juga merupakan salah satu kunci dalam mencapai
kebahagiaan rumah tangga. Memang, banyak juga pasangan suami-istri beda agama
yang juga bisa bahagia menjalani pernikahannya. Namun, sebaiknya jangan anggap
enteng soal satu ini. Bisa-bisa, Anda dan suami akhirnya jalan sendiri-sendiri,
sesuai iman masing-masing. Belum lagi kehadiran anak. Persoalan agama apa yang
akan dianut anak seringkali juga memicu perdebatan yang panjang.
Firman Tuhan menyatakan di dalam 2 Korintus 6:14-15 “Janganlah
kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak
percaya.”
3.Saling-percaya
Tanpa
rasa saling percaya antara pasangan suami-istri, pernikahan tentu tak akan
berjalan mulus. Rasa saling percaya akan mengantarkan Anda pada perasaan aman
dan nyaman. Kuncinya, jangan sia-siakan kepercayaan yang diberikan suami maupun
istri Anda. Istri tak perlu mencurigai suami, dan sebaliknya, suami juga tak
perlu mencurigai istri.
Membangun
rasa saling percaya juga merupakan perwujudan cinta yang dewasa.
Amsal 31:11a “Hati suaminya percaya
kepadanya,…”
4.Seks
Perkawinan
tanpa seks bisa dibilang seperti sayur tanpa garam. Hambar. Ya, seks memang
perlu. Dan meski aktivitas seks sebetulnya bertujuan untuk memperoleh
keturunan, namun manusia perlu juga mengembangkan seks untuk mencapai
kebahagiaan bersama pasangan hidupnya. Prinsip hubungan seks yang baik adalah
adanya keterbukaan dan kejujuran dalam mengungkapkan kebutuhan Anda
masing-masing. Intinya, kegiatan seks adalah untuk saling memuaskan, namun
perlu dihindari adanya kesan mengeksploitasi pasangan. Kegiatan seks yang
menyenangkan akan memberikan dampak positif bagi pasangan suami- istri.
Kejadian
4:1 “Kemudian manusia itu bersetubuh dengan Hawa, isterinya, dan mengandunglah
perempuan itu, lalu melahirkan Kain.” Kidung Agung 2:6 “Tangan kirinya ada dibawah kepalaku, tangan kanannya
memeluk aku”.
5.Ekonomi
Hampir
sebagian besar waktu dalam keluarga dewasa ini, khususnya pasangan suami-istri
muda perkotaan, adalah untuk mencari nafkah. Artinya, tak bisa dipungkiri bahwa
faktor ekonomi tak bisa dianggap remeh. Bayangkan, apa yang bakal terjadi
seandainya rumah tangga tak didukung oleh topangan ekonomi yang memadai.
Mengatur ekonomi secara benar juga akan memberikan perasaan aman dan bahagia.
Amsal
21:20 “Harta yang indah dan minyak ada dikediaman orang bijak, tetapi orang
yang bebal memboroskannya”.
6.Kehadiran-anak
Anak
adalah karunia Illahi yang tak terkirakan nilainya.
Pernikahan
tanpa kehadiran anak seringkali memicu persoalan tersendiri. Banyak keluarga
atau pasangan suami-istri yang sulit mendapatkan anak dan mati-matian berupaya
dan berikhtiar agar mempunyai keturunan. Kehadiran seorang anak juga membuat
suami-istri memiliki keterikatan dan tanggung jawab untuk membesarkan, merawat
dan mencintai bersama-sama.
Mazmur
127:3 “Sesungguhnya , anak-anak lelaki
adalah milik pusaka dari pada Tuhan,…”
Mazmur 144:2 “Semoga anak-anak lelaki kita seperti tanam-tanaman yang
tumbuh menjadi besar pada waktu mudanya; dan anak-anak perempuan kita seperti tiang-tiang
penjuru yang dipahat untuk bangunan istana”.
7.Hindari-pihak-ketiga
Kehidupan pernikahan merupakan otonomi
tersendiri, yang sebaiknya tak dicampuri oleh pihak lain, apalagi pihak ketiga.
Kehadiran
pihak ketiga yang ikut campur tangan atau mempengaruhi dan masuk ke wilayah
otoritas keluarga, bisa menciptakan bencana bagi rumah tangga tersebut. Banyak
contoh keluarga yang hancur gara-gara pihak ketiga ikut intervensi di dalamnya.
Entah campur tangan mertua, saudara ipar, kekasih simpanan, tetangga, dan
sebagainya.
Titus
1:10 …”mereka mengacau banyak keluarga..”
8.Menjaga-romantisme
Terkadang,
pasangan suami-istri yang sudah cukup lama membangun mahligai rumah tangga tak
lagi peduli pada soal yang satu ini. Tak ada kata-kata pujian, makan malam
bersama, bahkan perhatian pun seperti barang mahal.
Padahal,
menjaga romantisme dibutuhkan oleh pasangan suami-istri sampai kapan pun, tak
cuma ketika mereka berpacaran. Sekedar memberikan bunga, mencium pipi,
menggandeng tangan, saling memuji, atau berjalan-jalan menyusuri tempat-tempat
romantis akan kembali memercikkan rasa cinta kepada pasangan hidup kita.
Amsal
15:19 “rusa yang manis, kijang yang jelita; biarlah buah dadanya selalu
memuaskan engkau, dan engkau senantiasa berahi karena cintanya”.
9.Komunikasi
Komunikasi
juga merupakan salah satu pilar langgengnya hubungan suami-istri. Hilangnya
komunikasi berarti hilang pula salah satu pilar rumah tangga. Bagaimana mungkin
hubungan Anda dengan suami akan mulus jika menyapa pun Anda enggan. Jika rumah
tangga adalah sebuah mobil, maka komunikasi adalah rodanya. Tanpanya, tak
mungkin rasanya rumah tangga berjalan.
Yakobus 1:19 “setiap orang hendaklah
cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk
marah”. Baca juga Ulangan 6:4-9.
10.Saling-memuji-dan-memperhatikan
Meski
sepele, pujian atau perhatian sangat besar pengaruhnya bagi suami, dan
sebaliknya. Ucapan bernada pujian akan semakin memperkuat ikatan suami-istri.
Tanpa pujian atau perhatian, bisa-bisa yang ada hanya saling mencela dan
merendahkan. Pasangan Anda pun akan merasa dihargai. Memuji itu tak butuh biaya
atau ongkos yang mahal.
Yang
dibutuhkan adalah ketulusan dan rasa cinta pada suami atau istri.
Roma
12:10 “Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului
dalam memberi hormat”.
Semoga setiap keluarga umat Tuhan
mencapai kebahagiaan dalam pernikahannya, adalah doa dan pengharapan kita.
Komentar
Posting Komentar