Memelihara Hati.

 





MEMELIHARA HATI

 Pendahuluan: ILUSTRASI I: Prof Sakae Kubo.

  Ilustrasi 2: Ada sepasang suami/isteri yang baru pindah ke sebuah kompleks perumahan.

   Suatu pagi saat sedang sarapan, mereka melihat keluar dari jendela kaca, tetangga depan rumah mereka sedang menjemur pakaian.

   Sang isteri langsung memberi komentar memprotes kerja tetangganya itu: “Wah,..itu baju2nya di cuci kurang bersih, sepertinya ibu itu tidak tahu cara mencuci pakaian dengan benar”.

   Suaminya menoleh, tetapi ia diam dan tidak memberi komentar apa pun.  Sejak hari itu, setiap pagi ketika tetangganya  menjemur pakaian, selalu saja sang isteri memberi komentar tentang kurang bersihnya si tetangga mencuci pakaian mereka.

   Beberapa komentarnya menyatakan: “Mungkin dia perlu sabun cuci yang lebih bagus sebab cuciannya masih kotor.”  “Wah, apakah suaminya tidak risih memakai pakaian yang masih kotor seperti itu?.  Ada saja komentar yang diberi sang isteri terhadap tetangganya.

   Seminggu berlalu, kemudian sang isteri heran melihat pakaian2 yang dijemurnya kini terlihat cemerlang dan bersih.  Lalu ia berseru kepada suaminya: “Wah..ternyata ibu itu telah belajar bagaimana mencuci dengan benar”.

   Sang suami menjawab, “ISTERIKU, tadi aku bangun pagi2 sekali dan sempat membersihkan jendela kaca kita yang membuatmu salah melihat cucian tetangga kita.”

   Sdr2ku yang kekasih,..Ternyata persoalannya bukan karena cara mencuci si tetangga, tetapi karena kaca jendela suami-isteri itu yang kurang bersih.

   Aplikasi: Begitulah dengan kehidupan.

   Apa yang kita lihat pada saat menilai orang lain tergantung pada kejernihan pikiran (jendela hati kita).

   Jika hati kita bersih, maka bersih pula pikiran kita.  Jika pikiran kita bersih, maka bersih pula perkataan kita. Jika perkataan kita bersih, maka bersih pula perbuatan kita.

   Semua BERSUMBER dari HATI sebagai PUSAT KEHIDUPAN.

B O D Y:

  Judul pembahasan kita pada sabat ini adalah:

   “MEMELIHARA HATI”

   Mari kita buka Nast Alkitab kita dalam: Amsal 4:23

   “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.”

   Pendahuluan:

   Saudara2 didalam Tuhan Yesus Kristus!

   Didalam sebuah film, diceritakan bahwa ada suatu gedung yang mendapat penjagaan yang luar biasa ketatnya. 

  Hampir setiap sudut gedung itu ada polisi rahasia yang menyamar dan satu-satunya pintu yang menghubungkan dunia luar dengan pusat gedung diberi kawat listrik rahasia, sehingga pintu itu bisa memberikan sirene kesegala penjuru, jika pintu itu dibuka oleh orang-orang jahat.

   Apakah sebabnya gedung itu mendapat penjagaan yang sedemikian hebat?. 

   Tidak lain, karena didalam gedung itu tersimpan suatu mahkota yang berbatu permata, yang harganya jutaan dollar.  

   Mahkota itu menjadi simbol kekayaan negara, simbol kejayaan dan kemakmuran negara. Itulah sebabnya mahkota itu mendapat penjagaan yang sedemikian luar biasa.

   Sdr2ku,…Makin berharga sesuatu barang, makin luar biasalah biasanya penjagaan orang terhadapnya. 

   Didalam nas yang akan kita renungkan ini, kita diperintahkan juga untuk menjaga sesuatu dengan segala kewaspadaan.

   Adapun sesuatu itu adalah HATI kita.

   Marilah kita merenungkan: Sebabnya dan caranya menjaga hati itu.

 

BODY:

1.     Apakah sebabnya kita harus menjaga hati kita dengan segala kewaspadaan?.

   Jawabannya sudah tercantum didalam nast kita sendiri, yaitu: “Karena darisitulah terpancar kehidupan”.

   Firman ini menunjukkan bahwa segala gerak-gerik hidup itu berasal dari hati. 

   Seperti air sungai mengalir daripada sebuah mata air, yang makin lama menjadi makin besar, menjadi sungai yang deras arusnya yang bisa membahayakan orang  yang hendak menyeberanginya, serta melanda segala sesuatu yang terdapat pada perjalanannya, demikian jugalah keadaan hati manusia itu menjadi sumber segala gerak-gerik kehidupan manusia, baik  mengenai hal yang baik, maupun mengenai hal yang jahat.

   Berhubung dengan itu maka perlulah kita mengetahui apa sebenarnya yang dimaksudkan dengan “hati” itu.

   Didalam Alkitab, kata “hati” dipergunakan dalam arti yang bermacam-macam.

   Di Mazmur 84:3 ada ucapan: “…hatiku dan dagingku bersorak-sorai kepada Allah yang hidup”. Disini kata “hati” dipandang sebagai tempat perasaan. 

   Di Amsal 19:21 ada ucapan:“Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan Tuhanlah yang terlaksana”. Disini kata “hati” dipandang sebagai tempat kehendak/berpikir, untuk memutuskan segala sesuatu.

   Tempat lain mengatakan dalam Keluaran 16:2 “Di padang gurun itu bersungut-sungutlah segenap jemaat Israel kepada Musa dan Harun.”—(Hatinya bersungut-sungutlah akan Tuhan) >> Disini kata “hati” dipandang sebagai tempat amarah manusia.

TAMBAHAN:

   Sdr2ku,…Seperti apa suasana hati kita hari ini?. Jika di ibaratkan seperti cuaca, seperti apa temperaturnya sekarang, panas atau sejuk?.

   SUHU atau kondisi hati kita akan sangat menentukan reaksi kita dalam memandang kehidupan kita dan bagaimana kita bersikap ditengah persinggungan dengan banyak orang.

   Ketika hati sedang panas, kita akan mudah terpancing emosi, gampang tersinggung dan sebagainya.

   Mari kita ambil satu contoh dalam Alkitab, yaitu ketika Kain membunuh saudara kandungnya sendiri, HABEL.

   Mengapa ia membunuh saudaranya?. Karena ia IRI.  Darimana IRI itu muncul?. Jawabnya: DARI HATI.

   Dan Alkitab mencatatnya dengan jelas dalam Kejadian 4:5: “tetapi Kain dan korban persembahannya tidak diindahkan-Nya.  Lalu hati Kain menjadi sangat panas, dan mukanya muram.”

   Hatinya panas,…dan, itu kemudian membuat wajahnya menjadi muram.  Ia menjadi gelap mata, tidak lagi bisa berpikir sehat dan akhirnya ia pun melakukan kekejian, yang rasanya tidak akan mungkin dilakukan oleh manusia normal (Seperti Kasus2 yang viral dan hangat yang kita lihat selama ini dalam mass media/tv—dsb….).

   Sebuah kejahatan yang fatal terjadi, dan itu semua berasal dari hati yang tidak terjaga dengan baik. 

   Satu kesimpulan yang bisa kita ambil, bahwa hati akan sangat menentukan bagaimana kita menjalani hidup.

   Apakah kita optimis atau pesimis, apakah kita bersukacita atau penuh kepahitan, semua bermuara pada satu hal, yaitu kondisi hati kita.

   Firman Tuhan pun sudah mengingatkan hal itu sejak dulu dalam Amsal 4:23: “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.”

   Lalu apa yang sebenarnya dimaksud dengan kata “hati” didalam nas kita ini?.

   Keterangan yang dicantumkan pada akhir nas kita itu harus menjadi pegangan kita, jika kita ingin mengerti arti kata “hati” ini.

   Disitu disebutkan : “Karena darisitulah terpancar kehidupan”.

  Jadi bukannya hanya “perasaan”, juga bukannya hanya “kehendak”, melainkan segala gerak-gerik hidup manusia, yaitu jalannya perasaan, kehendak, pikiran—semuanya itu bersumber pada “hati”.

   Jadi teranglah kiranya, bahwa yang dimaksud dengan “hati” disini adalah: pusat hidup batiniah manusia, yaitu yang dengan istilah lain disebut; pribadi manusia, atau “aku” atau “ego” manusia. Sebab, bahwa manusia merasakan, berkehendak, berpikir, dsb. itu bersumber kepada “aku”nya.

   Tanpa “aku” itu manusia tak dapat merasakan, maupun berkehendak, ataupun berpikir. 

   Jadi “hati” disini artinya jauh lebih mulia daripada mata air biasa.

   Sebab, air yang keluar dari mata air biasa itu mencari jalannya sendiri hingga ke laut, akan tetapi pikiran, perasaan serta kehendak manusia dan segala tindakannya itu bukan hanya mengalir begitu saja dari “hati” atau “aku” atau “pribadi” manusia. 

   Tetapi “aku” itu justru yang mengendalikannya, yang menentukan perjalanan pikiran, perasaan, kehendak serta perbuatan manusia.

   Jelas juga bagi kita saat ini bahwa “hati” disini mewujudkan  bagian hidup kita yang terpenting.

   Maka dari sebab itu dalam Amsal 23:26 dikatakan:  “Hai anakku, berikanlah/serahkanlah hatimu kepadaku,…..”

   Barang siapa dapat merebut “hati” itu, ia memiliki semuanya.(Merebut hati: Suami, pimpinan, anggota jemaaat, dst….)

   Ilustrasi: Pendeta si Singapore—rajin melawat dikasih hadiah sebuah Apartemen.

   Memang sdr2ku…, hati menjadi pusat kehidupan kita. 

   Kehidupan itu dikatakan terpancar dari hati.    

   Apapun yang ada dalam hati kita akan terlihat jelas dari cara, gaya dan sikap hidup kita.  Dan itu akan sangat menentukan kemana kita akan pergi kelak.    Itulah sebabnya kita di ingatkan untuk menjaga hati dengan segala kewaspadaan.

   Hati yang tidak terjaga bisa sangat berbahaya, dan itu bisa kita lihat dari apa yang Tuhan Yesus katakan dalam:

   Matius 15:19-20 “Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat.   Itulah yang menajiskan orang…”

   Maka dari sebab itu, jika kita hendak memerangi dosa, tentu tak dapat kita mulai daripada yang lahir.

   Jika demikian kita bisa menjadi seperti kubur, yang diluar dilabur dengan baik, tetapi didalam tersimpan tulang2 yang busuk dan hina.

   Oleh karena itu ketika Kristus mau memberikan keampunan dosa dan hidup yang kekal bagi manusia, Ia bukannya mulai dari luar, melainkan dari yang batin, dari hati kita. 

   Sesudah Kristus naek ke sorga dan duduk di sebelah kanan Allah Bapa, serta menerima segala kuasa yang di sorga dan yang di bumi, ---pekerjaan yang pertama-tama  Ia lakukan,--- Ia mengutus Roh Kudus, supaya berdiam di dalam hati para murid-Nya.  

   Kemudian apa yang terjadi?.

   Hati yang semula keras seperti batu, dilunakkan sehingga menjadi seperti daging. 

   Ke dalam hati itu dicurahkan benih hidup yang kekal, sehingga seluruh hidup, perasaan, pikiran, kehendak diperbaharuinya.   

   Demikianlah keadaan hati manusia. Demikianlah keadaan hati orang2 beriman. 

   Hati itu menjadi tempat kediaman Roh Kudus, darimana memancar hidup yang baru, yang membaharui seluruh gerak-gerik hidup, membaharui pikirannya, perasaannya, kehendaknya dan segala tindakannya. 

   Kita harus ingat, bahwa kepada kita dipercayakan suatu hal yang melebihi segala yang patut dipeliharakan.  

   Maka tidak mengherankan jika melalui raja Salomo itu Tuhan Allah memperingatkan kita : “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan” (Amsal 4:23).

II. Lalu bagaimana caranya kita harus menjaga hati kita?. 

   Nas kita katakan: “Dengan segala kewaspadaan” atau “Terlebih daripada segala yang patut dipelihara”. 

   Banyak yang harus kita jaga, karena dipercayakan oleh Tuhan kepada kita.

   Tuhan Allah mempercayakan kepada kita badan kita, keluarga kita, harta benda kita, jemaat Tuhan, tanah air, bangsa, ilmu pengetahuan, dan sebagainya. 

   Semuanya itu harus kita jaga. Orang Kristen tak mungkin disebut orang Kristen yang baik, jika mereka melalaikan tugas mereka terhadap tubuhnya, keluarganya, harta bendanya, jemaatnya, pekerjaannya, dan sebagainya. 

   Akan tetapi ingatlah, bahwa ada harta yang jauh lebih berharga daripada semuanya tadi, yang harus di jaga dengan segala kewaspadaan, yaitu: “hati” kita, tempat kediaman Roh Kudus itu.

   Sebab sekalipun tubuh kita kelihatan segar bugar, keluarga kita kelihatan bahagia, sekalipun jemaat kita kecukupan di segala bidang, dsb,..tiada gunanya, jika kita kehilangan hati kita. 

   Ingatlah juga saudara2ku,… bahwa ada dua yang ingin merebut hati kita.

   Dalam Kej.4:7, Tuhan Allah bersabda kepada Kain: “Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu”.

  

   Memang, dosa senantiasa mengintip-intip di celah2 hati kita, dan senantiasa siap untuk memasuki hati itu.

   Sebaliknya didalam Wahyu 3:20, Juruselamat yang sudah menang itu bersabda: “Lihat, Aku berdiri dimuka pintu dan mengetok;…”.

   Adapun Tuhan Yesus berdiri dimuka pintu hati kita itu sebagai teman, yang mengetok pintu dan minta supaya di izinkan masuk. 

   Demikianlah ada dua yang senantiasa memperebutkan hati kita.    

   Maka kita harus awas untuk siapa kita membuka hati kita.

   Godaan untuk bertindak yang tidak jujur, untuk bersekutu dengan dunia ini, untuk lebih mendengarkan rayuan anak2 dunia ini, tetap menarik kita ke jurang kehinaan.

   Oleh sebab itu, kita wajib menjaga dan memelihara hati kita dengan segala kewaspadaan supaya kita jangan sampai kehilangan jurusan. 

   Jika kita sampai kehilangan hati kita, kita akan kehilangan semuanya.  

   Oleh sebab itu kita harus memelihara hati kita dengan segala kewaspadaan.

   Tetapi kita harus senantiasa ingat, bahwa memelihara hati itu bukanlah perkara yang mudah.

   Sebab menjaga hati pertama-tama menuntut bahwa kita harus berani melihat dosa benar2 sebagai dosa.

   Padahal banyak orang yang tidak suka melihat dosa sebagai dosa. 

   Umpamanya hal kejujuran.

   Banyak orang yang sekarang ini menganggap ketidakjujuran sebagai hal yang wajar, karena semua orang melakukannya.

   Tambahan: 

   Kejujuran adalah fondasi semua akhlak, dan fundamental membangun bangsa. Bangsa kita dihargai jika rakyat punya kejujuran dan integritas tinggi. 

   Contoh: Finlandia (Ibukotanya Helsinki—Eropa Utara—Penduduk 5 juta jiwa; Produk: Telpon genggam: NOKIA sebagai negara yang bahagia karena seluruh rakyatnya bersikap jujur dan mentaati aturan, sehingga katakanlah 20 atau 100 penjara yang sebelumnya ada di negara tersebut, sekarang tinggal satu penjara saja dengan jumlah 20 tahanan di dalamnya.   

   Padahal, Finlandia tidak punya sumber energi yang mumpuni, tapi dia hanya memiliki satu kata kunci yaitu: KEJUJURAN. 

   Dengan kejujuran dia bisa menjadi negara yang paling bahagia di dunia ini. Semua dilakukan dengan kejujuran dan ikhlas.

   Jadi penting membangun karakter jujur pada anak sejak dini.

   Melatih kejujuran pada anak menjadi hal yang sangat penting sejak dini, agar anak kelak dapat tumbuh menjadi pribadi yang baik dan dapat dipercaya oleh semua orang. 

   Tentu semua hal ini dilakukan dengan salah satu cara –yaitu dengan jalan--orang tua memberikan contoh yang baik tentang bagaimana menghidupkan kejujuran.   

   Orangtua adalah merupakan panutan bagi anak2 kita, karena apa yang mereka lihat dari perilaku orang tuanya, bisa menjadi pengaruh anak untuk berperilaku demikian.

   California Dept.of Education—Sejak usia 3 tahun ia sudah dapat meniru perilaku orang tuanya.

   Sdr2ku,…banyak orang yang tidak suka melihat dosa sebagai dosa----

   Umpamanya dalam: hal kesetiaan/tidak setia dalam pernikahan.

   Banyak orang yang dengan enak saja tidak setia melaksanakan pekerjaannya, karena hampir semua orang melakukan demikian. Demikian seterusnya.

   Melihat dosa sebagai dosa, memang bukan hal yang mudah.

   Sebab perbuatan yang demikian itu sering memaksa kita untuk menentang pendapat umum. 

   Maka menjaga hati itu berarti harus berani menentukan pendapat sendiri, dan hanya memandang kepada kehendak Tuhan saja. 

   Menjaga hati dengan segala kewaspadaan berarti memikul salib sendiri-setiap hari, bergumul dengan diri sendiri. 

   Menjaga hati dengan segala kewaspadaan berarti melibatkan diri kedalam suatu peperangan rohani, yang menjadikan kita sering harus mencucurkan air mata, menangisi diri kita sendiri, karena kita sering lupa menjaga hati kita itu.

   Jika demikian, siapakah yang dapat menjaga hatinya dengan segala kewaspadaan?.

   Siapakah yang sanggup melawan dirinya sendiri?. Siapakah yang sanggup melawan pendapat umum?.

   Memang, tak mungkin ada orang yang mampu melakukan hal itu, kecuali jika Roh Kudus bekerja di dalam hati orang itu, jika orang dilahirkan kembali.

   KESIMPULAN:

   Sdr2ku,….Agar supaya kita bisa memenuhi panggilan kita untuk memelihara hati kita, kita harus lari kepada Tuhan Yesus Kristus. 

   Sdr2ku,…..Ketika kita bertobat dan menerima Kristus, kita sudah diubahkan menjadi ciptaan baru. 

   Hati kita pun diperbaharui sehingga tidak seharusnya segala kepahitan, kekecewaan, keraguan dan keputus-asaan masih bercokol dalam diri kita.  

   Namun,…meski sudah dipulihkan dan diperbaharui, ( Mis: Meskipun kita telah dibaptis—seperti saya pada tahun 1969)--- kita tetap perlu menjaganya/memelihara hati kita,  agar tidak kembali kotor seperti sebelumnya.

   Caranya adalah dengan tetap berjalan bersama Tuhan, mengandalkan-Nya dalam setiap Langkah dan tetap mengisi hati kita dengan Firman -Nya.

   Adalah penting bagi kita untuk terus tekun memelihara hati kita dengan sungguh-sungguh, karena dari sanalah seluruh kehidupan kita akan terpancar.

   Teruslah jaga agar kita bisa memiliki hati yang lembut, hati yang mau mengampuni, hati yang tidak kehilangan harapan, hati yang penuh ucapan syukur dan bersukacita, terlebih hati yang mengasihi, (Ingat JOY = Love Jesus the first; Others the second and Yourself the third)-----lalu kita pancarkan itu untuk memberkati sesama.

   Kiranya Tuhan Allah memberkati kita, Amen!.

(Kemang Pratama, Nazareth

Komentar

Postingan populer dari blog ini

IBADAH MEMASUKI RUMAH BARU

LYRIC LAGU (2)

WAKTU TUHAN PASTI YANG TERBAIK.